Rabu, 12 Oktober 2011

Islam Jadi Norma Masyarakat di Pinggiran Perancis

 
Ada sebuah fakta mengejutkan yang dihasilkan dari penelitian yang dipimpin oleh Gilles Kepel, ilmuwan politik Perancis yang ahli dalam dunia Muslim. Dalam penelitian yang dilakukan selama setahun di Clichy-Sous-Bois dan  Montfermeil, dua pinggiran Kota Paris, dihasilkan kesimpulan bahwa komunitas imigran yang tinggal di pinggiran Perancis justru untuk menggunakan nilai-nilai Islam sebagai aturan hidup mereka ketimbang menggunakan nilai-nilai sekular yang dianut negaranya.
Dari hasil penelitian itu didapat fakta bahwa praktek ibadah dan institusi religius telah menggantikan nilai-nilai sekularisme yang telah menjadi tradisi kuat sejak dulu di Perancis. Keluarga-keluarga di daerah pinggiran yang didominasi para imigran dari Afrika Utara dan Afrika Barat itu secara teratur pergi ke masjid, berpuasa saat Ramadhan dan melarang anak-anaknya memakan makanan yang tidak dihalalkan dalam ketentuan Islam.
Perancis memang terkenal sebagai negara anggota Uni Eropa dengan jumlah penduduk Muslim terbanyak. Lima hingga enam juta jiwa Muslim tercatat tinggal di sana. Mereka rata-rata imigran asal Afrika yang memang beragama Muslim.
Membaca hasil penelitian di atas, kita jadi ingat pada apa yang dikatakan Muhammad Abduh, ulama dan pembaharu Islam asal Mesir, yang dulu pernah berkata; “Aku melihat Muslim di Mesir, tapi aku tak melihat Islam di sana. Sebaliknya, aku melihat Islam di Perancis, walau aku tak melihat Muslim di sana.” Memang sering kali, Islam sebagai sebuah tata nilai social lebih diterapkan dan bersemi di negara-negara yang justru bukan berpenduduk Muslim seperti Eropa. Mungkin, karena mereka memiliki kesadaran akan sempurnanya nilai-nilai Islam untuk diterapkan sebagai nilai-nilai sosial yang memajukan bagi masyarakat. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar